Informasi Perekonomian Kabupaten Ngawi
Untuk memperoleh
gambaran menyeluruh tentang kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah dapat
dilihat melalui neraca ekonominya. Salah satu indikator yang sering
digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Kab. Ngawi
merupakan jumlah seluruh nilai tambah dari produk barang dan jasa yang
dasar pengukurannya timbul akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi.
Pembangunan ekonomi Kabupaten Ngawi sejak tahun 2000 terus mengalami
kemajuan, hal ini tercermin dari meningkatnya total PDRB setiap tahunnya
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Hal ini
menunjukkan bahwa kenaikan PDRB dari tahun 2000 hingga 2003 tidak hanya
diakibatkan oleh kenaikan harga saja tetapi juga dikarenakan adanya
peningkatan produksi, sebab penghitungan PDRB atas dasar harga konstan
telah menghilangkan pengaruh harga. Dengan kata lain secara umum
produktivitas berbagai sektor usaha terus mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai dengan tahun 2003 total PDRB atas
dasar harga berlaku sebesar 2.459.100,09 juta rupiah, artinya telah
terjadi kenaikan 55,9 persen dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dari
1.577.141,94 juta rupiah pada tahun 1999.
Struktur perekonomian suatu
daerah dapat ditunjukkan melalui peranan atau kontribusi sektor ekonomi
yang terbentuk. Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase,
menunjukkan besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam
kemampuannya menciptakan nilai tambah. Hal tersebut menggambarkan
ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi dari sektor-sektor
yang dominan. Sampai dengan tahun 2003 perekonomian Kabupaten Ngawi
masih didominasi sektor pertanian. Sumbangan sektor ini terhadap total
PDRB sampai dengan 2003 diatas 40%, artinya bahwa lebih dari 40 persen
dari seluruh nilai tambah dihasilkan dari sektor pertanian. Tidaklah
aneh bila sektor ini menjadi sektor unggulan bagi Kabupaten Ngawi,
menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2002 (Susenas) sektor ini
menyerap 63% dari total penduduk yang bekerja.
Sektor lainnya yang
memberi sumbangan cukup besar terhadap perekonomian Kabupaten Ngawi
adalah sektor perdagangan. Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir sektor ini
menyumbang lebih dari 25% dari total PDRB. Perekonomian Kabupaten Ngawi
sebelum terjadinya krisis ekonomi nasional atau lebih populer dengan
sebutan “krisis moneter” (pertengahan 1997)
selalu mengalami pertumbuhan yang positip. Pada tahun 1998, akibat dari
krisis tersebut perekonomian Kabupaten Ngawi juga terkontraksi. Hampir
semua sektor ekonomi mengalami penurunan produksi atau dengan kata lain
mengalami pertumbuhan minus.
Namun satu tahun kemudian perlahanlahan kegiatan ekonomi mulai bangkit, yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang positip,
yaitu 1,03% di tahun 1999, 1,54% pada tahun 2000, 1,91% pada tahun
2001, 2,21% pada tahun 2002 dan 2,96% pada tahun 2003. Bila dilihat
pertumbuhan menurut sektor ekonomi, sektor pertanian menunjukkan
kecenderungan penurunan pertumbuhan khususnya tanaman bahan makanan,
artinya dari tahun ke tahun produksi sektor ini mengalami penurunan.
Penyebab penurunan produksi ini antara lain makin sulitnya pasokan air
untuk irigasi, penurunan mutu pupuk yang dilakukan petani untuk
mengurangi ongkos produksi dan semakin tidak suburnya lahan pertanian
akibat pemakaian pupuk/obat-obatan dimasa lalu yang melebihi ambang
batas.
Namun demikian pemerintah daerah melalui dinas-dinas terkait
telah melakukan beberapa langkah untuk meningkatkan kembali produksi
pertanian. Langkah itu antara lain pemeliharaan dan pengembangan saluran
irigasi, pembangunan waduk/bendungan, penggantian pupuk kimia dengan
pupuk biologis dengan maksud untuk mengembalikan kesuburan tanah dan
penerapan dan pengembangan teknologiteknologi pertanian lainnya Tingkat
perkembangan harga atau inflasi/deflasi menunjukkan persentase perubahan
harga barang/jasa terhadap tahun sebelumnya dengan mengabaikan
perubahan produksinya.
Salah satu kegunaan data inflasi adalah untuk
mengetahui kestabilan harga, hal ini penting karena dalam pembangunan
ekonomi akan lebih terarah bila tingkat harga tidak fluktuatif sehingga
tidak menimbulkan gejolakgejolak di masyarakat. Selain itu fluktuasi
harga yang terjadi mempengaruhi daya beli masyarakat, karena berakibat
ketidakseimbangan dengan pendapatan.
Akibat krisis monoter yang
pengaruhnya mulai dirasakan tahun 1998 terjadi lonjakan harga yang
tinggi hingga lebih dari 50%, artinya harga dari barang/jasa pada saat
itu naik lebih dari separohnya. Mulai tahun 1999 tingkat perkembangan
harga relatif stabil di kisaran 10 persen, ini menunjukkan kondisi
perekonomian di Kabupaten Ngawi dalam kurun tersebut telah stabil.
Dalam
perekonomian kenaikan harga memang mutlak diperlukan untuk menjaga
kestabilan produksi karena kenaikan biaya produksi bisa ditutupi. Namun
demikian kenaikan harga tersebut juga diikuti dengan meningkatnya
tingkat kemakmuran masyarakat. Artinya tingkat kenaikan harga di kisaran
10% tersebut tidak berakibat pada penurunan daya beli karena diikuti
oleh peningkatan pendapatan masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar