Unordered List

Senin, 10 September 2018

Informasi Perekonomian

Informasi Perekonomian Kabupaten Ngawi



    Untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah dapat dilihat melalui neraca ekonominya. Salah satu indikator yang sering digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Kab. Ngawi merupakan jumlah seluruh nilai tambah dari produk barang dan jasa yang dasar pengukurannya timbul akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi. 


Pembangunan ekonomi Kabupaten Ngawi sejak tahun 2000 terus mengalami kemajuan, hal ini tercermin dari meningkatnya total PDRB setiap tahunnya baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan PDRB dari tahun 2000 hingga 2003 tidak hanya diakibatkan oleh kenaikan harga saja tetapi juga dikarenakan adanya peningkatan produksi, sebab penghitungan PDRB atas dasar harga konstan telah menghilangkan pengaruh harga. Dengan kata lain secara umum produktivitas berbagai sektor usaha terus mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai dengan tahun 2003 total PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 2.459.100,09 juta rupiah, artinya telah terjadi kenaikan 55,9 persen dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dari 1.577.141,94 juta rupiah pada tahun 1999.

Struktur perekonomian suatu daerah dapat ditunjukkan melalui peranan atau kontribusi sektor ekonomi yang terbentuk. Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase, menunjukkan besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam kemampuannya menciptakan nilai tambah. Hal tersebut menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi dari sektor-sektor yang dominan. Sampai dengan tahun 2003 perekonomian Kabupaten Ngawi masih didominasi sektor pertanian. Sumbangan sektor ini terhadap total PDRB sampai dengan 2003 diatas 40%, artinya bahwa lebih dari 40 persen dari seluruh nilai tambah dihasilkan dari sektor pertanian. Tidaklah aneh bila sektor ini menjadi sektor unggulan bagi Kabupaten Ngawi, menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2002 (Susenas) sektor ini menyerap 63% dari total penduduk yang bekerja. 

Sektor lainnya yang memberi sumbangan cukup besar terhadap perekonomian Kabupaten Ngawi adalah sektor perdagangan. Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir sektor ini menyumbang lebih dari 25% dari total PDRB. Perekonomian Kabupaten Ngawi sebelum terjadinya krisis ekonomi nasional atau lebih populer dengan sebutan “krisis moneter” (pertengahan 1997) selalu mengalami pertumbuhan yang positip. Pada tahun 1998, akibat dari krisis tersebut perekonomian Kabupaten Ngawi juga terkontraksi. Hampir semua sektor ekonomi mengalami penurunan produksi atau dengan kata lain mengalami pertumbuhan minus

Namun satu tahun kemudian perlahanlahan kegiatan ekonomi mulai bangkit, yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang positip, yaitu 1,03% di tahun 1999, 1,54% pada tahun 2000, 1,91% pada tahun 2001, 2,21% pada tahun 2002 dan 2,96% pada tahun 2003. Bila dilihat pertumbuhan menurut sektor ekonomi, sektor pertanian menunjukkan kecenderungan penurunan pertumbuhan khususnya tanaman bahan makanan, artinya dari tahun ke tahun produksi sektor ini mengalami penurunan. 

Penyebab penurunan produksi ini antara lain makin sulitnya pasokan air untuk irigasi, penurunan mutu pupuk yang dilakukan petani untuk mengurangi ongkos produksi dan semakin tidak suburnya lahan pertanian akibat pemakaian pupuk/obat-obatan dimasa lalu yang melebihi ambang batas. 

Namun demikian pemerintah daerah melalui dinas-dinas terkait telah melakukan beberapa langkah untuk meningkatkan kembali produksi pertanian. Langkah itu antara lain pemeliharaan dan pengembangan saluran irigasi, pembangunan waduk/bendungan, penggantian pupuk kimia dengan pupuk biologis dengan maksud untuk mengembalikan kesuburan tanah dan penerapan dan pengembangan teknologiteknologi pertanian lainnya Tingkat perkembangan harga atau inflasi/deflasi menunjukkan persentase perubahan harga barang/jasa terhadap tahun sebelumnya dengan mengabaikan perubahan produksinya. 

Salah satu kegunaan data inflasi adalah untuk mengetahui kestabilan harga, hal ini penting karena dalam pembangunan ekonomi akan lebih terarah bila tingkat harga tidak fluktuatif sehingga tidak menimbulkan gejolakgejolak di masyarakat. Selain itu fluktuasi harga yang terjadi mempengaruhi daya beli masyarakat, karena berakibat ketidakseimbangan dengan pendapatan. 

Akibat krisis monoter yang pengaruhnya mulai dirasakan tahun 1998 terjadi lonjakan harga yang tinggi hingga lebih dari 50%, artinya harga dari barang/jasa pada saat itu naik lebih dari separohnya. Mulai tahun 1999 tingkat perkembangan harga relatif stabil di kisaran 10 persen, ini menunjukkan kondisi perekonomian di Kabupaten Ngawi dalam kurun tersebut telah stabil. 

Dalam perekonomian kenaikan harga memang mutlak diperlukan untuk menjaga kestabilan produksi karena kenaikan biaya produksi bisa ditutupi. Namun demikian kenaikan harga tersebut juga diikuti dengan meningkatnya tingkat kemakmuran masyarakat. Artinya tingkat kenaikan harga di kisaran 10% tersebut tidak berakibat pada penurunan daya beli karena diikuti oleh peningkatan pendapatan masyarakat.


 Sumber: https://bacatanda.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar